Yogyakarta – Indeks Harga Konsumen ( IHK ) di Yogyaarta masih mengalami deflasi sejak Juni hingga memasuki awal bulan oktober 2024. Penurunan harga sejumlah komoditas pangan telah memicu terjadinya deflasi selama lima bulan berutut – turut.
Badan Pusat Statistik ( BPS ), mencatat Tingkat deflasi provinsi DIY month to month (mtm) pada bulan Juli 2024 sebesar 0,03 persen. Sementara itu, secara year on year ( yoy ) terjadi inflasi 2,16 persen. Komoditas utama yang memberikan andil deflasi mtm yaitu bawang merah, cabai merah, dan tomat. Sedangkan komoditas utama pendorong inflasi yoy y aitu beras, emas perhiasan, dan cabe rawit.
Bahkan deflasi bulan September 2024 menjadi yang terparah dalam lima tahun terakhir kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

“Secara historis, deflasi September 2024 merupakan deflasi terdalam dibandingkan bulan yang sama dalam lima tahun terakhir, dengan tngkat deflasi sebesar 0,12 persen mont to mont” sebut BPS dalam Konferensi Pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (1/10).
Meskipun DI Yogyakarta mencatatkan deflasi pada Juni 2024, namun masih ada sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga, seperti cabai rawit dan cabai merah masing – masing mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen dan 0,01 persen secara bulanan. Kenaikan harga itu dipicu terbatasnya pasokan dua komoditas tersebut bertepatan dengan berakhirnya musim panen di sejumlah wilayah pemasok.
Bank Indonesia di DIY menyebut secara bulanan, penyumbang utama deflasi di DIY adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. BI tetap optimis bahwa Tingkat inflasi di DIY akan terus terjaga pada kisaran target sebesar 2,5%. Tim Pengendalian Inflasi Daerah ( TPID ) juga menggencarkan Upaya pengendalian dari ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi serta komunkasi efektif.
Penulis : Bayu Putera