Awas Tertipu! Penipuan AI Makin Marak

Ilustrasi Penipuan teknologi kecerdasan buatan (AI), Sumber : Pexels
Share Berita ini ke Sosial Media Lainnya!

Yogyakarta – Modus penipuan terbaru menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengelabui korban telah muncul di Indonesia. Para pelaku kejahatan kini mampu meniru suara kerabat atau keluarga korban menggunakan teknologi AI untuk melancarkan aksi penipuan mereka. Hal ini menjadi peringatan bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap panggilan telepon yang mencurigakan, meskipun suara penelepon terdengar familiar.

Berdasarkan laporan Direktorat Cyber Crime Polri, sudah tercatat puluhan kasus penipuan menggunakan suara AI sejak awal Tahun 2024. Modus operandi yang digunakan biasanya adalah pelaku menghubungi korban menggunakan suara yang mirip dengan anak atau keluarga korban yang sedang dalam kesulitan. Para pelaku memanfaatkan data suara yang mereka dapatkan dari media sosial atau rekaman telepon untuk membuat duplikasi suara menggunakan teknologi AI.

Korban mayoritas adalah orang tua atau lansia sering kali tertipu karena kemiripan suara yang sangat meyakinkan. Dalam banyak kasus, pelaku meminta transfer uang dengan dalih kecelakaan, sakit mendadak, atau masalah keuangan mendesak lainnya. Ketika korban sudah melakukan transfer, barulah mereka menyadari bahwa telah menjadi korban penipuan setelah mengonfirmasi langsung kepada keluarga yang bersangkutan.

Kepolisian mengimbau masyarakat untuk selalu melakukan verifikasi berlapis sebelum melakukan transfer uang kepada siapapun. Masyarakat diharapkan untuk menghubungi kembali nomor telepon keluarga yang sudah tersimpan, bukan nomor yang menelepon untuk memastikan kebenaran informasi. Pihak kepolisian juga menyarankan untuk membuat kata sandi khusus dalam keluarga yang hanya diketahui oleh anggota keluarga inti.

Untuk mencegah terjadinya penipuan serupa, ahli keamanan siber merekomendasikan beberapa langkah pencegahan kepada masyarakat. Masyarakat dianjurkan untuk membatasi informasi pribadi yang dibagikan di media sosial, termasuk rekaman suara atau video yang memuat suara. Selain itu, pengguna media sosial juga disarankan untuk mengatur privasi akun mereka agar tidak mudah diakses oleh orang yang tidak dikenal.

Masyarakat harus semakin hati-hati, dan tidak mudah teperdaya, sehingga terus jatuh korban, Kecanggihan teknologi dan sistem cyber security dan secara realitas tidak bisa seratus persen mengatasi masalah, jika ekosistem digital masyarakat penggunanya tidak terbangun dengan baik. Banyak modus kejahatan dimulai dengan memanfaatkan kelengahan, ketidaktahuan, atau kelalaian korbannya. Mengedukasi publik dalam membangun ekosistem cerdas digital adalah hal penting.

Reporter : Irvan Ilyas

Editor : Dina Nofitalia


Share Berita ini ke Sosial Media Lainnya!