Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur (Jatim) menggelar debat pertama Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim di Graha Unesa pada Jumat, (18/10/2024) pukul 19.30 WIB. Debat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dan diikuti oleh 3 pasangan calon yang bertarung di Pilgub Jatim. Sehingga, masyarakat memahami visi dan misi kontestan.
Debat ini dibagi menjadi 6 segmen. Meliputi pemaparan visi-misi di segmen 1, pendalaman visi-misi segmen 2 dan 3. Kemudian saling tanya di segmen 4-5 segmen, dan segmen 6 adalah closing statement oleh masing-masing paslon.
Paslon nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim, Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak nomor urut 2, dan Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans paslon nomor urut 3. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur mewajibkan semua paslon memakai baju adat khas Jatim dalam debat perdana kali ini.
Sementara, KPU Jatim juga mengusung tema Transformasi Sosial dan Peningkatan Produktivitas Sumber Daya Lokal Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur. Serta ada tujuh panelis dari kalangan akademisi dalam debat kali ini.
Pada pasangan Cagub dan Cawagub Jatim 2024 sepakat bahwa transformasi digital diharapkan bisa mendukung pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. Di sesi lima, para Cawagub menjawab pertanyaan panelis soal bagaimana strategi agar informasi digital bisa memberi nilai tambah ekonomi pada masyarakat. Cawagub nomor urut 2, Emil Dardak menjawab pertama kali pertanyaan tersebut. Menurut dia, transformasi digital adalah keniscayaan dan harus dihadapi oleh semua.
“Jatim telah melahirkan pasukan transformasi digital. Ada 10.000 UMKM yang siap jadi percontohan dan teladan bagi jutaan UMKM lain, tentang bagaimana transformasi digital bisa menjadikan mereka lebih menarik dan punya portofolio bagus. Harus ada daya tarik visual produk. Kalau dahulu hal itu hanya bisa dilakukan oleh agensi besar, kini daya tarik produk bisa dilakukan oleh anak muda Jatim yang hebat,” kata Emil, Jumat (18/20/2024).
Kemudian pernyataan Emil ditanggapi oleh Zahrul Azhar Asumta Cawagub nomor urut 3. “Intinya bagaimana digital itu bisa menghasilkan uang. Kami akan manfaatkan kemampuan teknologi untuk memberikan kemudahan kepada semua orang hingga ke pelosok daerah. Bukan sekedar untuk milenial dan gen Z. Yang terpenting, kami akan memberikan free Wi-Fi kepada pelaku UMKM sehingga akan mengurangi pengeluaran mereka,” ujarnya.
Tanggapan lain diberikan oleh Cawagub nomor urut 1, Lukmanul Khakim. Menurut dia, masih ada 35 persen orang Jatim belum bisa mengakses internet. “Ada yang konteksnya dalam hal kemampuan finansial dan ada yang kontesnya akses internet belum masuk desa. Di zaman Luluk-Lukman dipastikan seluruh warga Jatim bisa akses Internet. Dan, sebagai kado hari santri, kami akan membuat santri ‘metal’, yaitu melek teknologi digital. Ini kado untuk pesantren dan santri agar dapat asupan teknologi digital sehingga transformasi bisa berjalan,” katanya.
Menanggapi dua calon lain, Emil menegaskan bahwa memang transformasi digital untuk semua orang dan tidak hanya untuk milenial dan gen Z. Namun, transformasi digital itu bisa menjangkau semua. Ia juga menepis data yang disampaikan calon nomor urut 1, yang menyebut masih banyak desa belum mendapat akses internet. Baginya hanya segelintir lokasi saja yang belum mengakses internet.
Selain itu, tiga Cawagub Jawa Timur memiliki upaya tersendiri untuk mengatasi pengangguran yang masih tinggi. Angka pengangguran terbuka di Jatim pada Tahun 2024 adalah 3,74 Persen yang mana lebih rendah dari tingkat nasional. Tapi, ada isu aktual yang perlu dihadapi Jawa Timur yakni, lulusan SMK sebagai penyumbang TPT tertinggi dibanding jenjang lain.
Lukman mengatakan, menghubungkan dunia pendidikan dengan industri merupakan salah satu upaya untuk menekan angka pengangguran. Ia mengaku bakal menyediakan pendidikan SMK yang sedang dibutuhkan dunia industri. Menurutnya, kunci menekan angka pengangguran yang disebabkan dari kalangan SMK itu adalah membenahi pendidikan kejuruan tersebut.
Sedangkan Gus Hans menuturkan, solusi yang ditawarkan untuk membenahi persoalan ini adalah memberi materi entrepreneurship di dalam pendidikan SMK. “Sehingga kita tidak menghasilkan tenaga vokasi, tapi tenaga yang memang ahli dan juga bisa membuka lapangan kerja sendiri,” ucap Gus Hans.
Sementara itu Emil Dardak justru menyebut bahwa lulusan SMK kini tak hanya bekerja penuh waktu. Namun memilih bekerja freelance, dengan kreativitas yang mereka miliki. “Anak-anak SMK kita ini banyak yang lulus jadi pekerja freelance bukan lagi pilihannya hanya karyawan atau wirausaha ada jalan tengah,” jelas Emil.
Reporter : Septia Okta
Editor : Dina Nofitalia