Yogyakarta– Dalam beberapa Tahun terakhir, kegiatan thrifting, atau berbelanja barang bekas, telah menjadi gaya hidup baru di kalangan anak muda. Tidak hanya mencari barang-barang vintage, anak muda kini berburu barang Branded dengan harga lebih terjangkau di pasar barang bekas. Barang-barang seperti tas, sepatu, hingga pakaian dari merek ternama bisa ditemukan di berbagai toko thrifting, baik online maupun offline.
Tren flexing barang Branded hasil thrifting ini telah menjadi cara anak muda menunjukkan gaya hidup glamor, namun dengan cara yang lebih ekonomis. Bagi banyak anak muda, media sosial menjadi tempat utama untuk memamerkan barang-barang Branded hasil thrifting. Foto-foto dengan pakaian, tas, dan sepatu bermerek dipajang dengan kebanggaan, menambah kesan glamor dan gaya hidup mewah.
Fenomena ini juga didorong oleh dorongan untuk selalu tampil up-to-date dan stylish, meski dengan budget yang terbatas. Selain kembalinya tren mode masa lalu dan pengaruh sosial (media, terutama media sosial dan pesohor semisal selebritis dan influencer juga frekuensi menonton platform tertentu dan online thrift shop atau second-hand store), nilai, kebutuhan, motif, gaya hidup dan karakteristik pribadi juga turut berperan yang mendorong orang muda masa kini semakin banyak dan antusias.
Namun, tren ini bukan tanpa kritik. ada yang menyebut bahwa flexing barang branded, meski hasil thrifting, masih memperkuat budaya konsumtif yang berfokus pada penampilan dan materialisme. Sementara yang lain berpendapat bahwa thrifting memberikan solusi bagi mereka yang ingin tetap bergaya tanpa harus menghabiskan banyak uang.
Di sisi lain, para pedagang barang branded thrifting justru melihat peningkatan permintaan seiring dengan tren ini. Pasar thrifting barang bermerek tumbuh pesat, baik di toko fisik maupun di platform online, dengan segala kontroversi yang ada, thrifting barang branded kini menjadi bagian dari gaya hidup anak muda Indonesia. Apakah ini hanya sekadar tren sementara atau akan menjadi bagian dari pola konsumsi baru di kalangan generasi muda.
Reporter : Davyn Athaaya
Editor : Dina Nofitalia